PERBANDINGAN UJI TOKSISITAS FITOESTROGEN PADA GINJAL TIKUS (Sprangue dawley) YANG DIINDUKSI DAIDZEIN DAN AIR PERASAN UMBI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

Farizha Irmawati(1*), Cicilia Novi Primiani(2)

(1) IKIP Budi Utomo Malang
(2) IKIP PGRI Madiun
(*) Corresponding Author

Abstract

Fitoestrogen suatu senyawa yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar dan diketahui dapat mengacaukan keseimbangan sistem hormon binatang maupun manusiaFitoestrogen dapat terakumulasi dalam tubuh, secara prinsip untuk penggunaan fitofarmaka secara luas, memerlukan uji praklinik untuk mengetahui tingkat keamanannya secara pasti. Toksisitas merupakan sifat bawaan suatu zat, bentuk dan tingkat manifestasi toksiknya pada suatu organisme, faktor yang nyata adalah dosis dan lamanya paparan senyawa pada organ. Umbi bengkuang segar (Pachyrhizus erosus) yang mengandung fitoestrogen agar dapat digunakan secara aman, efektif dan efisien, maka diperlukan uji praklinis dengan melakukan analisis toksisitas fitoestrogen, untuk mengetahui tingkat keamanannya secara pasti. Metode yang digunakan penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan toksisitas fitoestrogen, pada daidzein dan air perasan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus). Rancangan penelitian eksperimen dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil uji statisik dengan menggunakana T-test Pairs,  menunjukkan tidak ada perbedaan nyata jumlah sel nekrosis tubulus dan glomerulus, dengan perlakuan pemberian daidzein sintetis dan air perasan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus). Sehingga hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fitoestrogen umbi bengkuang(Pachyrhizus erosus) tidak bersifat toksik.


Keywords

Perbandingan Toksisitas Fitoestrogen, Daidzein, Air Perasan Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus)

References

Champbell, A.N., J.B. reece, & L.G. Mitchell. 2010. Biologi edisi ke-8. Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Frandson, R. D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Alih Bahasa Oleh Srigandono, B. Dan Praseno, K. UGM Press. Yogyakarta, hal. 680-689.

Frandson, R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University-Press. Yogyakarta.

Ganong, W. F. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (diterjemahkan oleh Djauhari Widjajakusumah, Dewi Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek, dan Brahma U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Glover A. and Assinder S.J. 2006. Acute exposure of adult male rats to dietary phytoestrogen reduces fecundity and alters epididymal steroid hormon receptor expression. Jour. Endoc. 189: 565-573.

Gruber, C.J., Tschugguel, W., Schneeberger, C., Huber, J.C. 2002. Production and Actions of Estrogens. The New England Journal of Medicine, (Online), 346(5):340-352, (http://www.nejm.org/doi/pdf.10.1056/NEJMra000471, diakses 10 Maret 2014).

Guyton, A. C. 1990. Fisiologi Manusia dan Penyakit, Alih Bahasa Oleh Andrianto, R. EGC. Jakarta, hal. 741, 752.

Guyton, A.C. & Hall,J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Luqman Yanuar Rachman. 2007. Jakarta: EGC Buku Kedokteran.

Guyton, A.C., 2000. Textbook of Medical Physiology tenth edition, WB Sounders Company ; 81: 1283-1302.

Guyton,Artur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hernawati, 2009. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai,Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Hal. 1460-1462

Hugges I,Woods HF, 2003. Phytoestrogen and Health.London : Committe on Toxicity of Chemicals in Food,Consumer Product and The Environment.

Junqueira, et al., 2012. Histologi Dasar edisi 12 (alih bahasa dr. Frans Dany). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Khoirina, D. & Wahyuni D., 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Biofarmasi 3 (1): 32-38, ISSN: 1693-2242.

Kumala Sari, 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamnannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 01 – 07ISSN : 1693-9883.

Lokakarya Tanaman Obat, 2012. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati.

Lukitaningsih, E. 2009. The Exploration of Whitening and Sun Screening Compounds in Benguang Roots (Pachyrhizus erosus.Disertasi, Wurzburg: Bayerischen Julius Maximillians University.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: IPB Press.

Murkies, Alice, et. al. 1998. Phytoestrogens. The journal of Clinical Endocrinology & Metabolism Vol. 83, No 2, p 297-303.

Myers P and Armitage D. 2004. Rattus norvegicus (on-line), animal diversity.web.http://animaldiversity.ummz.edu/site/accounts/information/rattus_norvegicus.html, diakses 18 Oktober 2013.

Nurkhasanah. 2006. Bahan Obat Alam Sumber Pendapatan Pembangunan: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Price, S.A & L.M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis. Edisi 4. (Alih Bahasa Peter Anugerah). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Primiani, 2011. Potensi Genistein pada Sistem Reproduksi Mencit (Mus musculus) Sebagai Penyusunan Bahan Ajar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Primiani, C.N. 2013. Potensi Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Histologi Ovarium dan Uterus Mencit (Mus musculus) Premenopause. Prosiding Seminar Nasional IPA IV 27 April 2013. ISBN 978 602 99075 37 di Universitas Negeri Semarang 2013.

Puspasari D, 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Dosis Bertingkat Terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit Jantan Strain Balb/C, Fakultas Kedokteran Universitas Dipanegoro Semarang.

Rishi, RK. 2002. Phytoestrogen in Health and Illness, Indian Journal of Pharmacology 34; 311-320.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik tumbuhan Tinggi, Penerjemah: Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung: hal. 191–216.

Ruggiero RJ, Pham D, Frances EL. 2002. Estrogen:Physiology, pharmacology, and formulations for replaceent therapy. J.Midwifery and Womens Health. 47(3):130-138.

Sari, Y., 2012. Efektifitas ekstrak biji bengkuang sbg larvasida nyamuk aedes aegepty L.instar III. Universitas Yogyakarta.

Suarsana Nyoman, 2011. Tepung Tempe Kaya Isoflavon Meningkatkan Kadar Kalsium, Posfor dan Estrogen Plasma Tikus Betina Normal. FKH ITB. Vol.12 No.3:229-234.

Watanabe S,Gang Zhoo V,Melby MK,Ishiwata N,Kimira M, 2006. Systematic review of intervention using isoflavon supplement and proposal for further studies.In : Sugono M,editor. Soy in health and disease prevention Boca Raton,Florida : CRC Press Taylor & Francis Group LLC.

Wulandari S.H, & Aulanni’am, 2010. Ekspresi Tumor Necrosis Factor (TNF--α)dan gambaran histopatologi ginjl pada tikus (Rattus norvegicus) Renal Fibrosa Pasca Induksi Streptokinase.

Santosa, Budi. 2009. Pengaruh Suplementasi Seng terhadap Kerusakan Tubukus Ginjala dan Sistem Hematopoiesis Tikus (Rattus nurvegicus) yang diberi Tawas. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Cotran R. S., Rennke H., Kumar V. 2007. Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar V.,

Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC, pp: 572, 594-7.

Gultekin E., and Yildiz, F. (2006). Introduction to Phytoestrogen dalam Yildiz. F. Phytoestrogen in Functional Foods (pp.3-18). USA: CRC Press.

Prawiroharsono S. 2007. Prospek dan Pemanfaatan Isovlafon untuk Kesehatan. Direktorat Teknologi Biondrusti, Badan Pengkajian dan Penerapan Pangan.

Hernawati, Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) sebagai Herbal Antiinflamasi, Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Julien Soepraptini1, Safda Farizy Ridho2, Koesnoto SP1. 2012. Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih Jantan pada Kasus Patah Tulang Femur dengan Terapi Ekstrak Tanaman Cissus quadrangularis dan Kalsium Karbonat Vol. 1, No. 1, Juli 2012 VetMedika J Klin Vet.

Article Metrics

Abstract view(s): 1489 time(s)
PDF (Bahasa Indonesia): 1168 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.