MOHAMMAD NATSIR DALAM DINAMIKA HUBUNGAN ANTARAGAMA DI INDONESIA

Mutohharun Jinan(1*),

(1) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Surakarta 57102
(*) Corresponding Author
DOI: https://doi.org/10.23917/profetika.v15i02.1999

Abstract

This article discusses about the position of Mohammad Natsir in the dynamic
of inter-religions relationship in Indonesia. Natsiris well-known as the public figure having
a great attention to the efforts for developing the life of peaceful religions in Indonesia.
The efforts can be seen from his works and ideas. Natsir asks all people and leaders to use
the different religions as the potency to develop the peaceful life by having different religions.
The religion Missionaries that break down the rules or government’s regulation becomes
the cause of the stress and inter-religions conflict. To create the peaceful life among the
people with different religions, Natsir proposes the vivendimodus that consists of: the
different religious-people in Indonesia should live together harmonically, tolerance and
appreciative each other, having priority on national development, avoiding the religion
war, and stressing on justice and religion diversity.
Key Words: Mohammad Natsir; inter-religions relationship; religion diversity.
Makalah ini membahas tentang posisi Mohammad Natsir dalam dinamika
hubungan antaragama di Indonesia. Natsir dikenal sebagai tokoh yang memiliki
perhatian besar dalam upaya membangun kehidupan keagamaan yang damai di
Indonesia. Berbagai usahanya dapat dilihat dari pemikiran dan karya-karyanya. Natsir
mengajak segenap pemimpin dan umat beragama memanfaatkan keragaman agama
sebagai potensi untuk membangun kehidupan keagamaan yang damai. Misionaris
agama-agama yang melanggar ketentuan atau peraturan pemerintah menjadi penyebab
ketegangan dan konflik antaragama. Untuk menciptakan kehidupan umat antaragama
yang damai Natsir mengusulkan adanya modus vivendi yang meliputi: antara pemeluk
beragama di Indonesia supaya hidup berdampingan secara baik, saling menghargai
dan toleransi, mengutamakan kepentingan pembangunan nasional, menghindari
terjadinya perang agama, dan menekankan keadilan dalam keragaman beragama.
Kata Kunci: Mohammad Natsir; hubungan agama-agama; Indonesia.

Full Text:

PDF

References

Abdullah, Taufik. dkk. 2008. 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan Sejarah, Jakarta:

Republika.

Ali, Mukti. 1975. Ilmu Perbandingan Agama: Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan

Sistema, Yogyakarta, NIDA.

Anshari, Endang Siafuddin dan Amien Rais (eds.), 1988. Pak Natsir 80 Tahun, Jakarta:

Media Dakwah.

Anwar, M. Syafii. 1993. “Sikap Positif kepada Ahl- al-Kitab”, dalam Ulumul Quran, No. 4,

Vol. IV .

Departemen Agama, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Protek Pembinaan

Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama, tahun anggaran1982/1993.

Feith, Herbert. Indonesian Political Thinking 1945-1965, Itaca: Cornell University Press.

Hasyim, Umar. 1991. Toleransi Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju

Dialog dan Kerukunan Antaragama, Surabaya: Bina Ilmu.

Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta:

Paramadina.

Johanes, L. 1993. Bung Natsir: Menghadang Konflik Membangun Toleransi, Pemikiran Natsir

Tentang Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Jurnal Filsafat

Driyakarya No.3.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:

Gramedia.

Kuntowijoyo2001. Periodesasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia: Mitos,

Ideologi dan Ilmu, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Gajah Mada.

Kurzman, Charles (ed.),. 2001. Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang

Isu-Isu Global, Jakarta: Paramadina.

Madjid, Nurcholish. 1995. Islam Agama Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina.

Mahendra, Yusril Ihza, 1995. “Combining Activism and Intellectualism: The Biography

of Mohammad Natsir (1908-1993)”, dalam: Studia Islamika, Vol. 2, No. 1.

Natsir, Mohammad. 1957. Capita Selecta Kedua, Jakarta: Pustaka Pendis.

______. 1954. Capita Selecta Pertama, Bandung: W. van Houve.

______. 1989. Islam dan Kristen di Indonesia, Bandung: Bulan Sabit.

______. 1988. Kebudayaan Islam Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta: PT. Girimukti Pusaka,

Cet.I.

______. 1980. Mencari Modus Vivendi Antarumat Beragama, Jakarta: Penerbit Media

Dakwah.

______. 1989. Percakapan Antar Generasi (Jakarta: Media Dakwah Indonesia.

Noer, Deliar. 1988. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Panikkar, Raimundo. 1995. Dialog Intrareligius, (terj.) Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Pulungan, Suyuthi. 1996. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari

Pandangan Al-Quran, Jakarta: Rajwali Press.

Santosa, Kholid O. 2002. Dasar Negara Islam Indonesia: Pemikiran, Cita-Cita dan Semangat

Nasionalisme Mohammad Natsir, Bandung: LP2EPI.

Schoun, Frithjof. 1993. Islam dan Filsafat Perennial, Bandung: Mizan.

Suhelmi, Ahmad. 2002. Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir, Jakarta: Teraju.

Sumarthana dkk., 2001. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta:

Interfidei.

Turner, Bryan S. 1991. Religion and Social Theory, London: Sage Publication.

Article Metrics

Abstract view(s): 334 time(s)
PDF: 635 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.