PENETRASI ISLAM PURITAN DI PEDESAAN: Kajian tentang Pola Kepengikutan Warga Majlis Tafsir Al-Quran

Mutohharun Jinan(1*),

(1) Universitas Muhammadiyah Surakarta
(*) Corresponding Author
DOI: https://doi.org/10.23917/profetika.v14i2.2011

Abstract

This paper discusses about the expansion of the MTA, as a puritan movement,
in the countryside, with a sociological approach and a theory about the characteristics
of the purification. MTA is a purification movement, based on the Jama’ah and Imamate
teachings. The implementation of the Imamate doctrine makes all followers of the
peasants, workers, and employees very obedient to a single leader. Their following is
caused by internal and external factors. The internal factors include the expertise of the
missionary actors in dialogic preaching, the application of Imamate teaching, and social
solidarity and brotherhood among the followers. The external factors included the more
opening chances for the Islamic missionary movements as the implications of
democratization. The relationship pattern between the elite and the followers is more
influenced by the charisma of the leader or authority positioned as an Imam to be
followed. The most prominent follower development pattern is that of sermons, which
cover general, branch, group (usrah), and special group sermons.
Key words: Islamic puritanism, rural areas, Majlis Tafsir Al-Quran (MTA)

Makalah ini membahas perkembangan Majlis Tafsir Al-Quran (MTA)sebagai
gerakan puritan di pedesaan, dengan pendekatan sosiologis dan teori tentang
karakteristik gerakan purifikasi. MTA merupakan gerakan purifikasi yang berbasis
pada ajaran jamaah dan imamah. Pengikut dari kalangan petani, buruh, dan pegawai
sangat taat kepada pemimpin tunggal. Kepengikutan mereka disebabkan faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi kepiawaian aktor dalam berdakwah secara
dialogis, penerapan ajaran imamah, dan ukhuwah atau solidaritas sosial antarpengikut.
Faktor eksternal meliputi semakin terbukanya gerakan dakwah Islam sebagai implikasi
dari demokratisasi. Pola hubungan pengikut dan elite lebih dipengaruhi oleh kharisma
atau kewibawaan pemimpin diposisikan sebagai imam yang wajib diikuti. Pola
pembinaan warga yang paling utama adalah melalui pengajian, yaitu pengajian umum,
pengajian cabang, pengajian kelompok (usrah), pengajian gelombang khususi.
Kata kunci: Islam puritan, pedesaan, Majlis Tafsir Al-Quran

Full Text:

PDF

References

el-Fadl, Khaled Abou. 2001. And God Knows the Soldier: The Authoritative and Authoritarian

in Islamic Discourse, Maryland: University Press of America.

______. 2006. Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa, Jakarta: Serambi.

Federspiel, Howard M. 2004. Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan Persis di Era

Kemunculan Negara Indonesia 1923-1957, terj. Ruslani Kurniawan Abdullah,

Jakarta: Serambi.

Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab

Mahasin, Jakarta: Pustaka.

Gellner, Ernest. 1981. Muslim Society, Cambridge: Cambridge University Press.

Hassan, Riaz. 1985. Islam: Dari Konservatisme sampai Fundamentalisme, Jakarta: Rajawali

Pers.

Hefner, Robert W., 2000. Islam, Pasar, dan Keadilan: Artikulasi Lokal, Kapitalisme, dan

Demokrasi, Yogyakarta: LKiS.

Hutomo, Suripan Sadi. 2001. Sinkretisme Jawa Islam, Yogyakarta: Bentang Budaya.

Jackson, Karl D. 1990. Kewibawaan Tradisional, Islam dan Pemberontakan: Kasus Darul Islam

di Jawa Barat, terj. Umar Basalim, Jakarta: Grafiti.

Kuntowijoyo, 2002. “Malin Kundang Jangan Jadi Lebai Malang”, dalam Mutohharun

Jinan dan Zakiyudin Baidhawy (eds.), Agama dan Pluralitas Budaya Lokal,

Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

jar Islam. Perluasan Islam puritan ke berbagai

kalangan juga dipengaruhi oleh halhal

positif tentang kemajuan Islam dan

mobilitas umat di Indonesia. Faktor lainnya

adalah adanya kebijakan politik yang secara

tidak langsung membantu penyebaran

Islam puritan, terutama kebijakan politik

dan demokratisasi yang membuka ruang

ekspresi ragam tafsir keagamaan, sebagaimana

yang terjadi di Era Reformasi. Faktor

berikutnya adalah berkembangnya pendidikan

dan pengajaran yang manfaatnya

dirasakan oleh umat Islam secara luas.

Mulder, Neils. 1999. Agama: Hidup Sehari-hari dan Perubahan Perbubahan Budaya, Jakarta:

Gramedia.

Mulkhan, Abdul Munir. 2000. Islam Murni dalam Masyarakat Petani, Yogyakarta: Bentang

Budaya.

Nakamura, Mitsuo. 1983. The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the

Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Peacock, James L. 1987. Purifiying of the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesia

Islam. Menlo Park, California: The Benjamin Publishing Company.

Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (terj.) Alimandan,

Jakarta: Rajawali Pers.

Saleh, Fauzan. 2005. Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad

XX, Jakarta: Serambi.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Weber, Max. 2006. Sosiologi, terj. Nurcholis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Woodward, Mark. 2001. Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Yogyakarta:

LKIS.

Daftar Responden

Munir Ahmad (Putra Abdullah Thufail Saputro)

Dahlan Harjotaruno (Mantan Skretaris MTA Pusat)

Syamsul Muarif (Warga MTA Kartosuro)

Suradi (Ketua Perwakilan MTA Blora)

Article Metrics

Abstract view(s): 288 time(s)
PDF: 723 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.