THE LEGALITY OF INTERRELIGIOUS MARRIAGE IN THE PERSPECTIVE OF ISLAMIC LAW AND INDONESIAN POSITIVE LAW

Muchammad Ichsan(1*),

(1) Lecturer at Faculty of Law Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(*) Corresponding Author
DOI: https://doi.org/10.23917/profetika.v17i02.5300

Abstract

This study aims at examining the legality of interreligious marriage according to Islamic law and Indonesian positive law. To reach the goal set by this research, a descriptive method is used in the writing while an analytical method is employed to scrutinize the relevant problems. This study finds that interreligious marriage has spread widely among Indonesians that it has now become a phenomenon. However, Islam does not recognize a Muslim woman's marriage unless she is married by a man belonging to the same religion, i.e. a Muslim. A Muslim man is not permitted to marry a mushrik (polytheist) woman. It is lawful for him to marry a woman from the Ahlul Kitaab (Jews and Christians), but Indonesian ulemas prohibit such a marriage as well because of the negative outcomes. Meanwhile, the 1974 Indonesian Marriage Law fails to address the issue of interreligious marriage in a clear manner. This brings forth at least three interpretations: firstly, the law does not regulate interreligious marriage at all; secondly, the law allows it; and thirdly, the law denies it. Through an analysis, the last interpretation is found to have stronger reasons than the others.

 

 

Penelitian ini bertujuan untuk menguji legalitas pernikahan antaragama menurut hukum Islam dan hukum positif Indonesia. Agar tercapai tujuan yang diinginkan, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Studi ini menemukan bahwa pernikahan antaragama telah menyebar luas di kalangan masyarakat Indonesia yang kini telah menjadi fenomena. Namun, Islam tidak mengenali pernikahan wanita Muslim kecuali jika dia menikah dengan pria yang memiliki agama yang sama, yaitu seorang Muslim. Seorang pria Muslim tidak diizinkan untuk menikahi wanita musyrik (politeis). Dan halal baginya untuk menikahi wanita dari Ahlul Kitaab (Yahudi dan Kristen), namun sebagian ulama Indonesia tetap melarang pernikahan semacam ini, karena beberapa alasan. Sementara itu, Undang-Undang Perkawinan Indonesia 1974 gagal menangani masalah pernikahan antaragama dengan cara yang jelas. Ini setidaknya menghasilkan tiga interpretasi: pertama, hukum sama sekali tidak mengatur pernikahan antaragama; Kedua, hukum mengizinkannya; Ketiga, undang-undang tersebut menolaknya. Melalui sebuah analisis tersebut di atas, disimpulkan bahwa jenis interpretasi yang terakhir ditemukan memiliki alasan yang lebih kuat daripada alasan yang lainnya.

Keywords

Legality, Interreligious, Marriage, Islamic Law, Indonesian Positive law

Full Text:

PDF

References

Al-Thabariyy, Muhammad bin Jarir, 2000, Jaami’ al-Bayaan Fii Takwiil al-Qur‘aan, Beirut: Muassasah al-Risaalah.

Al-Zuhailiyy, Wahbah, 2006, Al-Fiqh al-Islaamiyy wa adillatuh, Beirut: Daar al-Fikr, 4th Print.

Hadikusuma, Prof. H. Hilman, SH., 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju.

Monib & Nurcholis, Mohammad & Ahmad, 2009, Kado Cinta Bagi Pasangan Nikah Beda Agama, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudarsono, Drs., SH., M.Si, 2005, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta.

Tim PP Muhammadiyah Majlis Tarjih, 1995, Tanya Jawab Agama, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Yaqub, Prof. KH. Ali Mustafa, MA, 2007, Nikah Beda Agama Dalam Al-Qur'an & Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Websites

Agung, dr. Agus Putu, 2011, Kasus Pernikahan Beda Agama, http://indohukum.blogspot.com/2011/04/kasus-pernikahan-beda-agama.html, retrieved on 8 Feb 2013 at 11.00

Anonim, 2010, Perkawinan Beda Agama Menurut Pandangan Islam, http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/hukumnya-wanita-muslim-kawin-dengan.html, retrieved on 8 Feb 2013 at 14.00

Anonim, 2011, Kawin Beda Agama, Mengapa Tidak ? http://irindonesia.wordpress.com/2011/01/06/kawin-beda-agama-mengapa-tidak/, retrieved on 8 Feb 2013 at 16.00

Ikhsan, Asnawi, 2007, Nikah Beda Agama, http://wb13.wordpress.com/2007/09/05/niikah-beda-agama/, retrieved on 8 Feb 2013 at 15.00

Lamandasa, Raimond Flora, 2011, Perkawinan Beda Agama Di Indonesia, http://www.scribd.com/doc/3144824/Perkawinan-Beda-Agama-Di-Indonesia, retrieved on 8 Feb 2013 at 13.00

MUI, 1980, Fatwa tentang Perkawinan Campuran, http://www.mui.or.id/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=24&tmpl=component&format=raw&Itemid=73, retrieved on 8 Feb 2013 at 16.00

Netralikum, 2008, Pernikahan Lintas Agama, http://indonesia.faithfreedom.org/forum/pernikahan-lintas-agama-t29329/, retrieved on 8 Feb 2013 at 13.00

Laws and Regulations

Law No. 1 of 1974 concerning Marriage and the Explanation

Law No. 39 of 1999 concerning Basic Human Rights and the Explanation

Government Regulation No. 9 of 1975 concerning the Implementation of Law No. 1 of 1974 concerning Marriage

Presidential Instruction No. 1 of 1991 concerning the Compilation of Islamic Law

Mixed-Marriage Regulation (Regeling op de gemengde Huwelijken S. 1898 No. 158, shortened as GHR)

Universal Declaration of Human Rights (UDHR)

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)

Article Metrics

Abstract view(s): 383 time(s)
PDF: 993 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.