Manhaj Tarjih Muhammadiyah

Syamsul Anwar(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract

Tarjih di lingkungan Muhammadiyah telah mengalami perkembangan makna. Memang pada awalnya dalam organisasi ini tarjih difahami sebagaimana menurut pengertian aslinya dalam ilmu usul fikih, yaitu “memperbandingkan  ̶ dalam suatu permusyawaratan ̶  pendapat-pendapat dari ulama untuk kemudian mengambil mana yang dianggap mempunyai dasar dan alasan yang lebih kuat.” Kemudian pengertian ini mengalami pergeseran karena perkembangan kegiatan ketarjihan di dalam Muhammadiyah. Tarjih tidak lagi hanya diartikan kegiatan sekedar kuat-menguatkan suatu dalil atau pilih-memilih di antara pendapat yang sudah ada, melainkan jauh lebih luas sehingga identik atau paling tidak hampir identik dengan ijtihad itu sendiri

Keywords

tarjih, sumber, perspektif, pendekatan

Full Text:

PDF

References

Ar-Rāzī, al-Maḥṣūl, disunting oleh Ṭāhā Jābir Fayyāḍ al-‘Alwānī (Beirut: Mu’assasat ar-Risālah, t.t.), V: 397; asy-Syaukānī, Irsyād al-Fuḥūl ilā Taḥqīq al-Ḥaqq min ‘Ilm al-Uṣūl, disunting oleh Abū Ḥafṣ Sāmī Ibn al-‘Arabī al-Aṡarī (Riyad: Dār al-Faḍīlah li an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1421/2000), h. 1113; al-Barzanjī, at-Ta‘āruḍ wa at-Tarjīḥ baina al-Adillah asy-Syar‘iyyah (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1417/1996), I: 79.

Ibn Qudāmah adalah salah seorang fakih Hanbali dan menulis kitab al-Mugnī. Mengenai kutipan di atas lihat Ibn Qudāmah, al-Mugnī, disunting oleh ‘Abdullāh Ibn ‘Abd al-Muḥsin at-Turkī (), III: 345-347.

Al-Barzanjī, at-Ta‘āruḍ, h. 89.

Az-Zuḥailī, Uṣūl al-Fiqh al-Islāmī (Damaskus: Dār al-Fikr li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1406/1986), II: 1079-1081.

Manhaj Gerakan Muhammadiyah: Ideologi, Khittah dan Langkah (Jogjakarta: Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan Kader Muhammadiyah, 1433/2012), h. 20.

Ibn ‘Āsyūr, Tafsīr at-Taḥrīr wa at-Tanwīr (Tunis: ad-Dār at-Tūnīsiyyah li an-Nasyr, 1984), III: 189; lihat juga ar-Rāzī, Tafsīr al-Fakhr ar-Rāzī atau at-Tafsīr al-Kabīr (Beirut: Dār al-Fikr li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1981/1401), XXIX: 316.

Majelis Tarjih dan Tajdidi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih (Jogjakarta: Suara Muhammadiyah, 1430/2009), h. 278.

Ibid, h.

Syamsul Anwar, “Manhaj Ijtihad/Tajdid dalam Muhammadiyah,” dalam Mefidwel Jandra dan M. Safar Nasir, ed., Tajdid Muhammadiyah untuk Pencerahan Peradaban (Jogjakarta: Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam bekerja sama dengan UAD Press, 1426/2005), h. 66-67.

Diringkas dari ibid., h. 68-70.

Noer, The Modernist Movements in Indonesia, 1900-1942 (London-New York: Oxford University Press, 1973), h. 73.

Lihat catatan kaki no. 1.

Hadis Nabi saw yang melarang mengangkat wanita sebagai pemimpin adalah sabdanya, “Tidak beruntung suatu kaum yang mengangkat wanita sebagai pemimpin mereka” (HR al-Bukhārī dan an-Nasā’ī). Lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, disunting oleh Ṣidqī Jamīl al-‘Aṭṭār (Beirut: Dār al-Fikr li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī, t.t.), h. 1082, hadis nomor 4425 dan h. 1783, hadis nomor 7089; dan an-Nasā‘ī, Sunan an-Nasā’ī, disunting oleh Ṣidqī Jamīl al-‘Aṭṭār (Beirut: Dār al-Fikr li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī, 1426/2005), h. 1211, hadis nomor 5398. Mengenai keputusan Tarjih Muhammadiyah tentang masalah ini lihat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Adabul Mar’ah fil Islam (Yogyakarta: Penerbit Muhammadiyah, 2012), h. 74-77; lihat juga Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Tanya Jawab Agama, cetakan ke-7 (Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah, 2012), h. 240-244.

Boeah Congres 26 (Jogjakarta: Hoefdcomite Congres Moehammadijah, t.t.), h.32.

Ibid.

Berita Resmi Muhammadiyah, edisi khusus, No. 1/2005 (Rajab 1426 H / September 2005 M), h. 111.

“Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah di Jakarta Tahun 2000,” (Yogyakarta: Sekretariat Majelis Tarjih dan Tajdid, 2012), h. 6 (Bab II angka 1).

Himpunan Putusan Tarjih, cet. ke-3 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, t.t.), h. 278.

Ibid., h. 301.

Ibid., h. 272.

Al-Gazzālī, al-Mustāfā min ‘Ilm al-Uṣūl, disunting oleh Muḥammad Ibn Sulaimān al-Asyqar (Beirut: Mu’assasat ar-Risālah, 1417/1997), I: 324.

At-Taftazānī, Syarḥ at-Talwīḥ ‘alā at-Tauḍīḥ li Matn at-Tanqīḥ fī Uṣūl al-Fiqh, disunting oleh Zakariyā ‘Umairāt (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1416/1996), II: 89.

Al-Āmidī, al-Iḥkām fī Uṣūl al-Aḥkām (Riyad: Dār aṣ-Ṣumai‘ī li an-Nasyr a at-Tauzī, 1424/2003), III: 237.

Himpunan Putusan Tarjih, h. 278.

Ibid., h. 270 dan 274.

Ibid., h. 269 dan 273.

Ibid., h. 300.

As-Sa‘dī, Risālah Laṭīfah Jāmi‘ah fī Uṣūl al-Fiqh al-Muhimmah, disunting oleh Nādir Ibn Sa‘īd Āl Mubārak at-Ta‘murī (Beirut: Dār Ibn Ḥazm li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1412/1992), h. 105-106.

Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, disunting oleh Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī (Beirut: Dār al-Fikr li aṭ-Ṭibā‘ah wa an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1412/1992), II: 124, hadis nomor 17-18: 1718.

Asy-Syāṭibī, al-Muwāfaqā, disunting oleh abū ‘Ubaidah Masyhūr Ibn Ḥasan Āl Salmān (al-Kubar: Dār Ibn ‘Affān li an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1417/1997), I: 28; dan II: 82.

“Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah di Jakarta Tahun 2000,” h. 17 dst. (Bab IV huruf C).

Ibid.

As-Sadlān, al-Qawā‘id al-Fiqhiyyah al-Kubrā (Riyad: Dār Balansiyyah li an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1417), h. 426.

Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespondensi Kalender Hijriah Global (Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah, 2014), h. 2

Article Metrics

Abstract view(s): 6286 time(s)
PDF: 2066 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.