PERBEDAAN JUMLAH TELUR CACING GEOHELMINTH ANTARA SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI SURAKARTA

Rochmadina Suci Bestari(1*), Aulia Nanda Safitri(2), Ayu Arista Purnama(3)

(1) Sublab Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
(2) Sublab Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
(3) Sublab Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
(*) Corresponding Author

Abstract

ABSTRAK

Infeksi cacingan yang disebabkan oleh geohelminth masih terbilang tinggi di Indonesia, yaitu antara 2,5-62 % pada semua umur. Geohelminth  yang sering didapati di Indonesia terdiri dari tiga macam, yaitu Ascaris lumbricoides, hookworm dan Trichuris trichiura. Penularan infeksi geohelminth bisa melalui makanan yang dimakan manusia tanpa dimasak dahulu, larva menembus kulit, dan inhalasi. Jenis sayuran dimakan tanpa dimasak dahulu adalah selada, kemangi dan kubis. Sayuran ini bisa ditemukan di pasar tradisional dan pasar modern. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan jumlah telur cacing yang terdapat pada sayuran di pasar tradisional dan pasar modern di Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan rancangan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 18 sampel. Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan di 3 pasar tradisional dan 3 pasar modern di Surakarta. Pemeriksaan metode sentrifugasi dan pengamatan dengan mikroskop di Sub Laboratorium Biokimia FK UMS, Surakarta. Hasil penelitian didapatkan rerata jumlah telur geohelminth pada sampel sayuran kemangi yang dijual di pasar tradisional sebanyak 2,46% dan di pasar modern sebanyak 1,25%, sedangkan tidak terdapat kontaminasi telur geohelminth dari sampel sayuran kubis dan selada. Jenis telur yang terdapat pada sayuran kemangi adalah telur hookworm sebanyak 100%. Bisa disimpulkan bahwa rerata jumlah telur geohelminth pada sampel kemangi dari pasar modern lebih sedikit daripada pasar tradisional. Oleh karena itu, sebaiknya pencucian sayuran dilakukan secara seksama untuk menghilangkan semua telur geohelminth yang terdapat pada sayuran sebelum dikonsumsi manusia.

Kata kunci: Geohelminth, Sayuran, Pasar Tradisonal, Pasar Modern

ABSTRACT

Geohelminth infection incidence is still high in Indonesia, 2,5-62% in all ages. Geohelminth causing infection in Indonesia are Ascaris lumbricoides, hookworm and Trichuris trichiura. The transmission of geohelminths are by fecal oral (raw vegetables), larvae infestation and inhalation. Non-cooked food is raw vegetables, for example: lettuce, basil and cabbage. The vegetables found at traditional and modern market. The aim of this research is to know the differences in the number of geohelminths egg between raw vegetables sold at traditional market and modern market. It is descriptive, with cross sectional design. The sample size are 18 vegetables, 3 kinds of vegetables taken from 3 tradisional market, and another 3 kinds are taken from 3 modern market. This research used sentrifuge method and the preparat were investigated by microscope to see geohelminths eggs. The result of this research are the mean of geohelminth egg on basil was 2,46% from traditional market and 1,25% from modern market. The kind of the egg was hookworm. There was no contamination of geohelminth egg on lettuce and cabbage of those markets. It can be concluded that the mean of the egg in traditional market was higher than modern markets. For that reason, there should be good handle of basil before it consumed by human.

Key words: Geohelminth, Vegetables, Traditional Market, Modern Market

References

Adanir, R., and Tasci, F. 2013. Prevalence of Helminth Eggs in Raw Vegetables Consumed in Burdur, Turkey. Food Control, 31(2): 482-4

Asihka, V. Nurhayati., dan Gayatri. 2014. Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca sativa) yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas; 3(3)

Depkes, 2017. Sistem Kesehatan Nasional. [Online] Available at: http://www.depkes.go.id [Diakses 15 September 2019].

Kozan, E., Gonenc, B., Sarimehmetoglu, O., and Aycicek, H. 2005. Prevalence of Helminth Eggs on Raw Vegetables Used for Salads. Food control, 16(3):239-42

Mutiara, H. 2015. Identifikasi Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths pada Makanan Berbahan Sayuran Mentah yang Dijajakan Kantin Sekitar Kampus Universitas Lampung Bandar Lampung. JuKe Unila, 5(9): 28-32

Rusmartini, T. 2009. Penyakit oleh Nematoda Usus. Dalam Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Diedit oleh Djaenudin N. dan Ridad A. Jakarta : EGC.

Supali, T., Margono, S.S., dan Abidin, S.A. 2011. Nematoda usus. Dalam Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Ed 4. Diedit oleh Inge S., Is Suhariah I., Pudji K.S., Saleha S. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Suryani, D. 2012. Hubungan Perilaku Mencuci Dengan Kontaminasi Telur Nematoda Usus pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) Pedagang Pecel Lele di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta. Jurnal Kesmas UAD.

Taghipour, A., Javanmard, E., Haghighi, A., Mirjalali, H., and Zali, M.R. 2019. The Occurrence of Cryptosporidium sp., and Eggs of Soil-transmitted Helminths in Market Vegetables in the North of Iran. Gastroenterol Hepatol Bed Bench 2019,12(4): 364-9

Widjaja, J., Lobo L.T., Oktaviani, dan Puryadi. 2014. Prevalensi dan Jenis Telur Cacing Soil Transmitted Helminth (STH) pada Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Paku. BUSKI, 5(2): 61-6

Article Metrics

Abstract view(s): 887 time(s)
PDF (Bahasa Indonesia): 724 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.