Kepadatan Aedes Spp (Container Indexs) Setelah Penerapan Modifikasi Perangkap Vektor

Deky Wicaksono(1), Iskandar Arfan(2*), Selviana Selviana(3), Ayu Rizky(4)

(1) Universitas Muhammadiyah Pontianak
(2) Universitas Muhammadiyah Pontianak
(3) 
(4) Universitas Muhammadiyah Pontianak
(*) Corresponding Author

Abstract

Kepadatan populasi nyamuk di suatu lingkungan menggambarkan potensi penularan DBD. Upaya dalam pengendalian DBD berfokus kepada pengendalian vektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan rerata kepadatan populasi larva Aedes spp sebelum dan sesudah penggunaan perangkap vektor di desa ambangah Kabupaten Kubu Raya. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitan pre ekperiment. Subjek penelitian ini adalah 50 rumah yang dipilih secara acak dari 5 RW terpilih berdasarkan data kasus DBD, 1 RW dipilih sebanyak 10 rumah dan dipasang 2 ovitrap total ovitrap sebanyak 100 buah ovitrap. Analisis data dilakukan menggunakan uji dependent t-test/ paired sample t-test. Hasil: 4 minggu sebelum intervensi rata-rata CI 63,25% dan 4 minggu setelah intervensi rata-rata CI 39,75%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 <0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan populasi jentik Aedes Spp yang bermakna antara sebelum intervensi dengan sesudah intervensi. Simpulan: Perangkap dapat digunakan oleh masyarakat dalam upaya pengendalian vektor sederhana. Perangkap vektor mampu menurunkan kepadatan populasi Aedes spp dan risiko penularan DBD.

 

Kata Kunci : Perangkap Vektor, Kepadatan Vektor (Container Index), Aedes Spp

Keywords

Modifikasi Ovitrap, Kepadatan Vektor (Container Index), Aedes Sp

Full Text:

PDF

References

A Polson, K. et al. (2002) ‘The Use of Ovitraps Baited with Hay Infusion as a Surveillance Tool for Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia.’, p. Dengue Bulletin. 2002 Dec; 26: 178-184.

Aditama W, Z. (2015) ‘Efektivitas ovitrap bambu terhadap jumlah jentik Aedes sp yang terperangkap.’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4), pp. 369–374.

Dinkes Provinsi KALBAR (2018) Profil Kesehatan Dinkes Kalbar Tahun 2018. Pontianak, Kalimantan Barat.

Fathi., S. Keman, dan C. U. W. (2005) ‘Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(1), pp. 1–10.

Hamzah, E. and Basri, S. (2016) ‘Perbedaan Ovitrap Indeks Botol , Ember dan Port Mosquito Trap sebagai Perangkap Nyamuk Aedes sp . di Area Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda Wilayah Kerja Sangatta Kabupaten Kutai Timur’, 2(higiene), p. 3.

Karp, J. M., Vemula, P. K. and Anderson, R. R. (2012) ‘US 2012/0321573’. doi: 10.1037/t24245-000.

Kemenkes, R. (2010) Pemberantasan nyamuk penular demam berdarah dengue. Jakarta.

Ramadhani T, Santoso B, Priyanto D, P. A. and BF, W. (2012) Aplikasi (lethal ovitrap) dalam upaya pengendalian vektor demam berdarah dengue di daerah endemis DBD. Jakarta.

Rati, G. and Rustam, E. (2016) ‘Penelitian Perbandingan Efektivitas Berbagai Media Ovitrap terhadap Jumlah Telur Aedes Spp yang Terperangkap di Kelurahan Jati Kota Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), pp. 385–390.

Sari, P., dan M., P. G. (2012) ‘Hubungan kepadatan jentik Aedes sp dan praktik psn dengan kejadian DBD di sekolah tingkat dasar di kota Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), pp. 413–422.

Soekiman, S. (2012) Demam Berdarah Dengue. Sagung Seto.

WHO (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, WHO Regional Publication SEARO. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

WHO (2019) Dengue and severe dengue.

Article Metrics

Abstract view(s): 267 time(s)
PDF: 230 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.