Ketika Penyebaran Berita Palsu Melahirkan Industri Baru: Studi Kasus Drone Emprit
Rafiidha Selyna Legowo(1*)(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Penyebaran disinformasi yang disebabkan oleh anonimitas dan keterbukaan yang ada dalam jaringan media sosial menjadi semakin mudah. Munculnya industri anti-disinformasi di media sosial dapat menjadi aktor yang melawan penyebaran tersebut dengan kemampuan menganalisis penyebaran berita palsu dengan menggunakan kemampuan Artificial Intelligence sehingga dapat menjadi komoditas industri yang menjadi primadona di media sosial, termasuk Twitter. Studi ini mengadopsi pendekatan kualitatif campuran untuk mengeksplorasi bagaimana pengguna Twitter menyikapi penyebaran disinformasi serta meningkatnya industri anti-disinformasi yang berperan sebagai pemeriksa kebenaran yang muncul sebagai aktor dalam melawan penyebaran disinformasi di media sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) beberapa disinformasi yang terjadi di Twitter menyebabkan pengguna Twitter membutuhkan kehadiran pihak ketiga untuk memberikan pandangan berbasis data (2) terdapat nilai yang berusaha ditampilkan oleh fact-checker diantaranya objektif, independen, transparan, dan akuntabilitas (3) kritik dari pengguna atas hasil yang diberikan oleh fact-checker. Penelitian ini menyimpulkan bahwa munculnya sebuah tren atau fenomena yang dapat dikonsumsi oleh seluruh pengguna Twitter harus didampingi dengan kehati-hatian dalam membagikan informasi dalam memilah informasi agar tidak dibajak untuk kepentingan lain.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Anggraeni, V.A. (2019). Drone Emprit Buatan Anak Bangsa. Diperoleh dari
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/05/22/drone-emprit-buatan-anakbangsa
Amazeen, M. A. (2017). Journalistic interventions: The structural factors affecting the global emergence of fact-checking. Journalism, 21(1), 95–111. https://doi.org/10.1177/1464884917730217
Arianto, B. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Drone Emprit Academic dalam Menganalisis
Opini Publik di Media Sosial. Journal of Social Politics and Governance (JSPG), 2(2), 177–191. https://doi.org/10.24076/jspg.v2i2.415
Bartholomew, J. (2021). The rise of the true industry. Diperoleh dari
https://newhumanist.org.uk/articles/5818/the-rise-of-the-truth-industry
Cetina Presuel, R., & Martínez Sierra, J. M. (2019). Algorithms and the news: Social media platforms as news publishers and distributors. Revista de Comunicación, 18(2), 261–285. https://doi.org/10.26441/rc18.2-2019-a13
Chen, G. M. (2011). Tweet this: A uses and gratifications perspective on how active Twitter use gratifies a need to connect with others. Computers in Human Behavior, 27(2), 755–762. https://doi.org/10.1016/j.chb.2010.10.023
Data Reportal. (2022). Tersedia dari: https://datareportal.com/reports/digital-2022-
indonesia
Digivla. (2020). Tersedia dari: https://digivla.id/home#discover
Fahmi, I. (2021). Drone Emprit: Software for media monitoring and analytics. Diperoleh dari http://pers.droneemprit.id
Glenski, M., Volkova, S., & Kumar, S. (2020). User engagement with digital deception. In Lecture Notes in Social Networks (pp. 39–61).
Cham: Springer International Publishing. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-42699-6_3
Gottfried, J. A., Hardy, B. W., Winneg, K. M., & Jamieson, K. H. (2013). Did fact checking matter in the 2012 presidential campaign? American Behavioral Scientist, 57(11), 1558–1567. https://doi.org/10.1177/0002764213489012
Jarman, J. W. (2016). Influence of political affiliation and criticism on the effectiveness of political fact-checking. Communication Research Reports, 33(1), 9–15. https://doi.org/10.1080/08824096.2015.1117436
Lim, J. S., Hwang, Y., Kim, S., & Biocca, F. A. (2015). How social media engagement leads to sports channel loyalty: Mediating roles of social presence and channel commitment. Computers in Human Behavior, 46, 158–167. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.013
López-Marcos, C., & Vicente-Fernández, P. (2021). Fact checkers facing fake news and disinformation in the digital age: A comparative analysis between Spain and United Kingdom. Publications, 9(3), 36. https://doi.org/10.3390/publications9030036
MediaKernels. (2022). Media Kernels – Our Clients. Diperoleh dari https://mediakernels.com/clients/.
Moravec, P., Minas, R., & Dennis, A. R. (2018). Fake News on Social Media: People Believe What They Want to Believe When it Makes No Sense at All. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3269541
Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches (7th ed.). Pearson Education Limited.
Talwar, S., Dhir, A., Singh, D., Virk, G. S., & Salo, J. (2020). Sharing of fake news on social media: Application of the honeycomb framework and the third-person effect hypothesis. Journal of Retailing and Consumer Services, 57, 102197. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2020.102197
Shu, K., Wang, S., Lee, D., & Liu, H. (2020). Mining disinformation and fake news: Concepts, methods, and recent advancements. In Lecture Notes in Social Networks (pp. 1–19). Cham: Springer International Publishing. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-42699-6_1
Singer, J. B. (2020). Border patrol: The rise and role of fact-checkers and their challenge to journalists’ normative boundaries. Journalism, 22(8), 1929–1946. https://doi.org/10.1177/1464884920933137
Sugiono, S. (2020). Fenomena industri buzzer di indonesia: Sebuah kajian ekonomi politik media. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 47–66. https://doi.org/10.15575/cjik.v4i1.7250
Walter, N., Cohen, J., Holbert, R. L., & Morag, Y. (2019). Fact-Checking: A metaanalysis of what works and for whom. Political Communication, 37(3), 350–375. https://doi.org/10.1080/10584609.2019.1668894
Article Metrics
Abstract view(s): 537 time(s)PDF (Bahasa Indonesia): 458 time(s)
Refbacks
- There are currently no refbacks.