SOLUSI METODOLOGIS AMIN ABDULLAH: PENCIPTAAN “JEMBATAN” ANTARA ILMU DAN AGAMA (Tinjauan Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis)

Waston waston(1*)

(1) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
(*) Corresponding Author

Abstract

Dikotomi yang begitu ketat antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, sangat disayangkan karena telah mengarah pada pemisahan yang tidak bisa dipertemukan lagi antara keduanya dan bahkan cenderung pada penolakan keabsahan masing-masing dengan menggunakan metode yang sangat berbeda dengan sudut jenis dan prosedurnya. Demikian tegas pemisahan di antara mereka, sehingga kedua kelompok ilmu tersebut seakan akan takkan pernah bisa dipersatukan, dan harus dikaji secara terpisah dengan cara dan prosedur yang berlainan. Tulisan ini bermaksud mengungkap bagaimana Amin Abdullah memberikan solusi metodologis untuk menciptakan “jembatan” antara ilmu agama dan ilmu umum. Tulisan ini menggunakan pendekatan filsafat ilmu yaitu landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Amin melihat bahwa dalam sistem ilmu yang integratif-interkonektif yang digagasnya pemisahan tersebut masih bisa diatasi dengan menemukan basis ontologis, yang didasarkan pada landasan teoantroposentrik-integralistik.Secara epistemologis, didasarkan pada landasan interconnected entities ( bergabungnya antara hadarah al-nas, hadarah al-ilm, dan hadarah al falsafah). Secara aksiologis, pemikiran Amin didasarkan pada landasan etik yang bersifat transformatif-liberatif. Sejalan dengan epistemologi M. Iqbal, Fazlur Rahman dan Whitehead, Amin berpendapat bahwateologi terbuka terhadap perubahan. Teologi lama bisa dimodifikasi dengan cukup radikal sebagai akibat ilmu pengetahuan  empiris baru tentang alam. Menurut penulis, teologi Amin akan tepat bila disebut “teologi proses” (yang diilhami dari filsafat proses ilmuwan-filosof A.N.Whitehead di awal abad ke-20). Amin biasa menyebutnya dengan istilah  “Qobilun li al niqas wa al-taghyir). Pendapat Amin ini memiliki persamaan dengan pendapat  Whitehead, karena teologi ini dia pandang lebih sesuai dengan teori-teori sains mutakhir. Penulis memberikan  beberapa kritik terhadap pemikiran Amin. Amin tidak pernah mempertanyakan legitimasi epistemik sains. Konsepnya tentang interconnected entities (bergabungnya nash, ilmu dan faslafah) selain memberinya dasar untuk menerima apa yang dinyatakan teori sains sebagai representasi alam, juga mengindikasikan penerimaannnya akan objektivitas dan netralitas sains. Pemikiran Amin memberikan tegangan pemikiran epistemologis dalam Islamic studies, namun jika ketegangan –yang tak selalu berkonotasi buruk- ini diubah menjadi sumber kreativitas, kita bisa berharap pemahaman Islamic studies yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah  mampu memperkaya pemahaman keagamaan.

Keywords

Kata Kunci: Dikotomi, teoantroposentrik-integralistik, hadarah al-nas, hadarah al-ilm, hadarah al-falsafah, teologi proses

Full Text:

PDF

References

Abdullah, Amin. “Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan Kalijaga: Dari Pola Pendekatan Dikotomis-Atomistik ke Arah Integratif Interdisciplinary”. Dalam Zaenal Abidin Baqir (ed). Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. (Bandung: Mizan, bekerjasama dengan Masyarakat Yogyakarta untuk Ilmu dan Agama: SUKA Press, UIN SUKA, 2005).

_____________,. Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).

_____________dkk. Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum. Upaya Mempersatukan epistemologi Islam dan Umum. (Yogyakarta: SUKA Press).

_____________.Studi Agama Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996).

Bagir, Zainal Abidin. “Prakata”. Dalam Ian G Barbour. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, (Bandung: Mizan Media Utama), hal 29-33.

Hadiwijono, Harun. Sejarah Filsafat Barat, Jilid 1 dan 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 1983).

Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: SUKA Press, 2004).

Article Metrics

Abstract view(s): 695 time(s)
PDF: 270 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.