PADA NONTON DAN SEBLANG LUKINTO: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan

Novi Anoegrajekti(1*)

(1) Fakultas Sastra Universitas Jember
(*) Corresponding Author

Abstract

Tulisan ini mengkaji lokalitas dalam konteks keindonesiaan. Kajian
difokuskan pada bagaimana teks syair-syair dalam pertunjukan gandrung
mengartikulasikan lokalitas dan keindonesiaan. Tulisan ini menggunakan metode
etnografi. Analisis dilakukan dengan inventarisasi data sampai interpretasi sistem
budaya Using. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna representasi identitas
melalui teks syair-syair gandrung menjelaskan dua hal. Pertama, adanya wilayah
pertarungan yang berlangsung dinamis dan tidak stabil. Dominasi sebagai posisi
terpenting akan tidak dikenali ketika penetrasinya semakin meluas dan tekanan
dari kekuatan yang lain terus meningkat. Kedua, representasi identitas
merupakan wilayah pertarungan pemaknaan yang kemudian menyebabkan
identitas itu sendiri lebih merupakan konstruksi dan politik penciptaan. Sebagai
sesuatu yang terbangun, identitas merupakan sesuatu yang diskursif, retak, dan
berubah-ubah mengikuti perubahan ruang-waktu, baik sebagai bagian lokalitas
atau bagian dari keindonesiaan.

Kata kunci: lokalitas, pertunjukan gandrung, etnografi

Full Text:

PDF

References

Abal, Fatrah. 1990. Kadung dadi Gandring Wis. Jakarta: Bilik Budaya Kasita Smarandhana.

Ali, Hasan. 1993. Hari Jadi Banyuwangi: Sebuah Problema-tik. Makalah disampai-kan dalam Seminar Sejarah Blambangan. Banyuwangi: Dewan Kesenian Blambangan.

Ali, Hasan. 1997. Sekilas Puputan Bayu: Sebagai Tonggak Sejarah Hari Jadi Banyuwangi Tanggal 18 Desember 1771. Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi.

Anderson, Benedict. 1982. “Sembah-sumpah, Politik Bahasa, dan Kebudayaan Jawa. dalam Prisma, November.

Anoegrajekti, Novi. 2000. “Kesenian Using: Resistensi Budaya Komunitas Pinggir” dalam Kebijakan Kebudayaan di Masa Orde Baru. Jakarta: PMB-LIPI.

Anoegrajekti, Novi. 2003. “Identitas dan Siasat Perempuan Gandrung” dalam Jurnal SRINTHIL, Media Perempuan Multikultural. Depok: Desantara. April., No.3

Anoegrajekti, Novi. 2004. “Pengembangan Gandrung Banyuwangi dalam Rangka Penguatan Aset Budaya dan Industri Wisata,” Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing. Jakarta: DIKTI.

Anoegrajekti, Novi. 2006a. Gandrung Banyuwangi: Pertarungan Pasar, Tradisi, dan Agama Memperebutkan Representasi Identitas Using. Disertasi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Anoegrajekti, Novi. 2006b. “Nyanyian Gandrung: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional HISKI, Jakarta, 7-10 Agustus 2006.

Anoegrajekti, Agus Sariono, & Sunarti M. 2009. Kesetaraan Jender dalam Perempuan Seni Tradisi. Laporan Penelitian Strategi Nasional DP2MDIKTI. Jember: Lembaga Penelitian Universitas Jember.

Anoegrajekti, Novi. 2010a. Identitas Gender: Kontestasi Perempuan Seni Tradisi. Jember: Kompyawisda Jatim.

Anoegrajekti, Novi. 2010b. Kesenian Gandrung dan Identitas Using: Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Laporan Penelitian Fundamental. Lembaga Penelitian Universitas Jember.

Aris, Sudibyo, 1981. Mengenal Kesenian Tradisional Daerah Blambangan di Banyuwangi. Proyek Penulisan Dan Penertiban Buku/Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi. Depdikbud.

Arps, Bernard. 2012. Tembang in Two Traditions: Performance and Interpretation. London: The School of Oriental and African Studies (University of London).

Arps, Bernard . 2009. "Kids and the banners of Blambangan: Ethnolinguistic Identity and The Regional Pastas Ambient Themes in an East Javanese Town." Wacana, Vol. 11 No. 1 (April 2009): 1- 38.

Barker, Chris. 2000. Cultural Studies: Theory and Practice.London: Sage Publications.

Beatty, Andrew. 2012. "Kala defanged Managing power in Java away from the centre." Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde Vol. 168, no. 2-3 (2012), pp. 173-194 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv

URN:NBN:NL:UI:10-1-101732. Diunduh 10 Oktober 2015.

Brandes, J. 1920. Verslag Over Een Babad Blambangan. TBG: XXXVI.

Derrida, J. 1984. Of Gramatology. (diterjemahkan dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris oleh C.G.Spivak). Baltimore& London: The Johns Hopkins University Press.

Epp. F. 1849. Banjoewangi. TNI I.ii: 242-246. Eriksen, Thonas Hylland. 1993. Etnicity & Nationalism: Anthropological Perspectives. London and Boulder, Colorado: Pluto Press.

Gramsci, Antonio. 1968. Prison Notebooks. London: Lawrence & Wishart.

Gramsci, Antonio. 1971. Selection from the Prison Notebooks. Eds. Q. Hoare and Geofrey N. Smith. London: Lawrence & Wishart.

Herusantoso, Suparman. 1987. Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi. Disertasi. Jakarta: Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia.

Hoed, H. Benny. 2007. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Kahn, Joel S. 1995. Culture, Multiculture, Postculture. London, Thousand Oaks and New Delhi: SAGE Publication.

Lekkerkerker. 1926. “Banyuwangi 1880-1919”. Indiche Gids.

Mulyana, Slamet. 1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Jakarta: Inti Idayu Press.

Murgiyanto, Sal, M. dan Munardi, A.M. 1990. Seblang dan Gandrung: Dua Bentuk Tari Tradisi di Banyuwangi. Jakarta: Pembinaan Media Kebudayaan.

Oetomo, Sri Hadi. 1983. Menelusuri dan Mencari Hari Jadi Kota Banyuwangi. Pasuruan: Garoeda Buana Indah.

Puspito, Peni. 1998. Damarwulan Seni Pertunjukan Rakyat di Kabupaten Banyuwangi di Akhir Abad ke-20, Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Scholte, J. 1927. Gandroeng van Banjoewangie. Djawa, VII.

Singodimayan, Hasnan, dkk. 2003. Gandrung Banyuwangi. Banyuwangi: Dewan Kesenian Blambangan.

Sudikan, Setya Yuwana. 1995. Sastra Using Banyuwangi. Makalah disampaikan pada Seminar Bahasa Using.

Sudjadi. 1986. "Asal-usul dan Keadaan Kesenian Gandrung Banyuwangi Dewasa Ini" dalam Soedarsono (ed.). Kesenian, Bahasa, dan Folklor Jawa. Yogyakarta: Depdikbud.

Spradley, James.P.1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Tim Pariwisata. The Handbook to Tourism Objects of Banyuwangi. Banyuwangi. Disbudpar.

Tim Penerbitan. 1975. Blambangan Selayang Pandang. Banyuwangi: PemdaTk II Kabupaten Banyuwangi.

Tim Yayasan Kebudayaan Banyuwangi.1994. “Upaya Pelestarian Kesenian Gandrung Banyuwangi di era Globalisasi”: Makalah dalam seminar Hari

Jadi dan Kebudayaan Banyuwangi, Prospek serta Pengembangannya.

Wolbers, Paul, A. 1992. Maintaning Using Identity Through Musical Performance: Seblang and Gandrung of Banyuwangi, East Java, Indonesia. Urbana: Illinois.

Wolbers, Paul, A. 1993. " The seblang and its music: aspects of an East Javanese fertility rite" dalam Bernard Arps (ed.). Performance in Java and Bali: Studies of Narrative,Theatre, Music, and Dance. London: Unversity of

London.

Zainuddin, Sodaqoh, dkk. 1996. Orientasi Nilai Budaya Osing di Kabupaten Banyuwangi. Laporan Penelitian. Jember: Lemlit UNEJ.

Zainuddin, Sodaqoh, dkk. 1997. Profil Seni Budaya di Daerah Tingkat II Kabupaten Banyuwangi. Laporan Penelitian. Jember: Lemlit Unej dan BAPPEDA Jawa Timur.

Article Metrics

Abstract view(s): 713 time(s)
PDF: 704 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.