Beberapa Implikasi Perkembangan Kota pada Rural Urban Fringe
Muhammad Musiyam(1*)(1) Universitas Muhammadiyah Surakarta
(*) Corresponding Author
Abstract
Persentase penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di perkotaan sejak tahun 1920 sampai 1990 telah meningkat dengan cukup pesat. Pada tahun 1920 persentase penduduk kota sebesar 5.8 persen, pada tahun 1990 meningkat menjadi 30.97 persen, dan perkiraan tahun 2000 menjadi 38.3 persen. Implikasi utama dari persoalan diatas semakin meningkatnya permintaan akan ruang untuk menampung fungsi-fungsi baru di perkotaan. Sedang dipihak lain persediaan lahan dikota semakin terbatas. Oleh karena itu pemekaran fungsi-fungsi kota ke daerah pinggiran kota menjadi keniscayaan. Semakin meningkatnya intensitas pemekaran kota ke daerah pinggiran kota menimbulkan beberapa persoalan. Pertama, munculnya fenomena "under bounded city" yang tak jarang memicu munculnya "goal conflict" dalam perencanaan tata ruang antar wilavah yang berdekatan. Kedua, untuk kota-kota di pulau Jawa. Pemekaran kota yang semakin meningkat sedikit banyak akan mengancam prestasi swa sembada beras yang telah diraih, karena sebagian besar lahan potensial untuk pertanian dan suplai beras di Indonesia dihasilkan dari Pulau jawa. Dengan mempertimbangkan sektor pertanian dan pengembangan kota maka disarankan dua strategi yang berbeda untuk pengembangan kota-kota di jawa dan luar jawa. Pengembangan kota-kota di jawa disarankan lebih menekankan strategi yang berorientasi pertanian dengan cara memproteksi lahan pertanian potensial di pinggiran kota. Sedangkan pengembangan kota-kota di luar jawa disarankan menerapkan strategi yang berorientasi kekotaan, dengan memberi prioritas pada pengembangan fungsi kota.
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view(s): 1473 time(s)PDF: 2612 time(s)
Refbacks
- There are currently no refbacks.