MAKNA BUDAYA LAGU DOLANAN: DHONDHONG APA SALAK, GUNDHUL PACUL

Arini Hidayah(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract

Lagu dolanan Jawa Tengah, dhondhong apa salak dan gundhul pacul, mempunyai
peranan yang penting untuk anak-anak karena di dalam lagu dolanan tersebut terdapat
nilai-nilai pendidikan dan simbol-simbol kehidupan yang dapat dijadikan tuntunan
untuk anak-anak. Penelitian ini akan menggali makna budaya yang tersembunyi
di dalam lagu dolanan Jawa Tengah yakni dhondhong apa salak, gundhul pacul,
dan kupu kuwi agar menemukan pemahaman budaya Jawa Tengah yang tersirat
dalam lagu dolanan tersebut. Metode pengambilan data dalam makna budaya lagu
dolanan di Jawa Tengah dengan cara interview atau wawancara secara personal
yakni mewawancarai 3 informan. Model memvalidasi data ini mengarahkan peneliti
mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Lagu dolanan di Jawa Tengah seperti dhondhong apa salak, gundhul pacul, dan kupu kuwi mempunyai makna budaya yang baik dalam pendidikan maupun kehidupan anakanak. Lagu dolanan dhondhong apa salak mempunyai makna budaya yakni karakter manusia ada 3 diilustrasikan seperti buah dhondhong, salak, dan duku. Sifat yang
paling baik diantara ke tiga ilustrasi tersebut yaitu buah duku karena sifat luar dan
dalam sama-sama baik, halus, dan lembut. Lagu dolanan gundhul pacul mengandung
makna budaya yaitu jika orang yang mempunyai kehormatan, kedudukan, dan
kemuliaan janganlah menjadi sombong karena Allah dapat memberikan balasaan
yang setimpal karena kesombongannya. Sedangkan, lagu dolanan kupu kuwi juga mengandung makna budaya yakni bagaimana manusia mendapatkan kebahagiaan,

kebahagiaan itu tidak bisa diprediksi kapan datangnya, kapan munculnya, dan arah
mana kebahagiaan akan muncul.

Keywords

Lagu Dolanan Jawa Tengah, Makna Budaya, Dhodhong Apa Salak, dan Gundhul Pacul

Full Text:

PDF

References

Abdullah,W. (1999). Bahasa Jawa Dialek Masyarakat Samin di Kabupaten Blora (Laporan

Penelitian Dasar), Surakarta, Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

Dibia, I,W. (2000). Revitalisasi lagu anak-Anak Diperlukan, Warta Kota 7 September,

Direktorat Jenderal Kebudayaan: Seksi Dokumentasi Subdit Dokumentasi dan Publikasi Direktorat Nilai Estetika.

Foley, W,A. (1997). Antropological Linguistics, Massachusetts, Blackwell Publisher.

Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Pateda,M. (2001). Semantik Leksika, Jakarta, PT. Rhineka Cipta.

Scheaffer,R.L, Mendenhali,W,danOtt, L. (1990). Elementary Survey Sampling, Amerika, PWS-KENT Publishing Company.

Subroto,E. (1992). Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural, Surakarta, Sebelas Maret University Press.

Suciati, S. (2001). Ideologi Gender dalam Lagu Dolanan, Semarang, Balai Bahasa.

Supanto, dkk. (1982). Sejarah dan Budaya (Seri: Folklore), Balai Penelitian Sejarah dan

Budaya Yogyakarta.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Universitas Sebelas Maret Press.

Suyani. (2012). Makna Filosofis Dalam Lagu-Lagu Dolanan Jawa: Kajian Serat Rarya Saraya’, Jantra, Vol. VII, No. 2, Desember 2012, pp. 204-223.

Widodo, S. (2001). Gendhing-Gendhing Dolanan, Sukoharjo: CV. Cendrawasih.

Article Metrics

Abstract view(s): 16181 time(s)
PDF: 6340 time(s)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.